5.03.2015

Tips merebus telur tanpa kulit

Aku dapat tips ini dari acara Master Chef Amerika (kalau gak salah yaa, agak-agak lupa juga). Oke jadi awalnya rebus air secukupnya hingga mendidih kemudian bubuhkan 2 tetes cuka dan garam secukupnya ke dalam air, baru masukkan telur yang telah dipecah kulitnya ke dalam rebusan air tersebut. Menurut Chef Gordon, cuka itu akan mengumpulkan putih telur sehingga membungkus sempurna kuning telurnya. Jangan terlalu lama merebus cukup 1-2 menit, sehingga akan didapat telur  yang yang cantik di luar dan setengah matang di dalam. Bagi yang suka kuning telurnya matang bisa lebih lama dari itu. 

putih telur tidak berpencar


telur setengah matang, yang disukai para chef

4.24.2015

Tips menyetrika agar pakaian tidak berkilap

Sering liat baju atau celana panjang yang pada bagian tepinya berkilap nggak? Itu lho, garis pudar keputihan cenderung berkilap pada permukaan kain. Sebenarnya hal ini bisa dihindari jika saja kita tahu cara merawatnya, dalam hal ini cara menyetrikanya. Karena biasanya baju bagus yang baru kita ambil di penjahit atau kita beli di toko langsung hancur di bawah perawatan tangan kita.

Untuk menghindari hal ini, perhatikan saat menyetrika.
  • Atur pakaian/celana di atas meja setrika dengan rapi. Hindari ganjalan-ganjalan yang mungkin ada di bawah pakaian/celana yang akan di setrika. 
  • Perhatikan juga bagian saku/kantong celana, aturlah dengan rapi. 
  • Letakkan sehelai kain tipis, usahakan kain tersebut berwarna netral, di atas baju/celana yang akan kita setrika, semprot dengan air biasa lalu mulailah menyetrika di atas kain yang berfungsi sebagai pelapis itu. Kain tipis ini akan mencegah baju/pakaian kita menjadi berkilap. Adapun air semprotan ini berguna melembabkan kain sekaligus baju kita sehingga mudah menjadi licin. Tidak perlu di beri cairan pewangi setrika karena wanginya malah akan menempel di kain tipis.
  • Atau cara lebih mudahnya, menyetrikalah dari bagian dalam pakaian. Untuk bagian kerah dan lengan tetap gunakan cara di atas. 
  • Untuk simpelnya, hindari pakaian/celana terkena langsung dengan setrika. 
Mudahkan? Perlu diingat juga, ini adalah tips dan trik menyetrika pakaian dengan kain berbahan sintetis. Jadi bila pakaian yang kita setrika berbahan katun, kita tidak perlu seribet ini kan?

Selamat datang kembali

Helloooow...jumpa lagi. Yah setelah sekian lama vakum dari dunia per blog an, kini aku mulai sibukkan lagi dengan mengisi blog ku ini. Jangan lupa untuk mengunjungi beberapa blog-ku yang lainnya, karena disana aku buat dengan tema berbeda. Blog pertamaku yang lain yaitu www.bacanovelromans.blogspot.com, blog ini khusus tentang kegiatan aku dalam mereview buku atau novel. masih sangat baru karena baru berisi beberapa novel yang kureview. Dan satunya lagi www.belajarmenerjemah.blogspot.com,
di sana aku tuangkan semua kemampuanku dalam menerjemahkan beberapa bab novel berbahasa Inggris yang aku punya. Jika kamu mengharapkan itu akan menjadi sebuah cerita yang utuh mungkin kamu akan kecewa, karena itu hanya sebagai ajang aku berlatih dan unjuk kebolehan saja. Sementara di blog ini, aku akan mencurahkan apa pun yang terlintas di benakku yang ingin aku bagikan kepada teman-teman semua. Aku berharap semoga ada hal yang bermanfaat yang bisa di ambil.



8.23.2009

Pare dan Melonku Mulai Berbunga

Senang rasanya pohon pare dan pohon melon yang kutanam sebulan yang lalu (atau lebih, lupa-lupa ingat) mulai berbunga. Bunga pohon pare yang mengembang ada 4 bunga, dan masih ada banyak bakal bunga. Yah kalau bisa jadi buah semua kan lumayan bisa di panen, dioseng dan dinikmat serta kalo ada lebihan sedikit bisa dibagikan tetangga (suami gak doyan pare, alasan klasik, pahit!). Sementara melonku ini melon emas, jadi aku sangat berharap dan mewanti-wanti anakku untuk tidak memetiknya bunganya.

Pertama kali mengembang bunga pareku lalu layu dan gugur, yang kedua juga bernasib sama yang ketiga dipetik anakku, Sekar. Baru yang keempat ini yang bisa diambil gambarnya. Deg-degan bisa selamat sampe berbuah nggak ya? soalnya pohonnya sendiri masih kecil, dan ditanam di pot jadi sepertinya kurang meyakinkan. Apakah pohon pareku mendapat kecukupan gizi? Selain itu potnya juga kuanggap terlalu kecil. Tapi karena lagi bokek, terpaksalah mereka kubetah-betahkan denganpot-pot mereka.

Pohon melonku juga bernasib sama, mereka berbunga sekitar 2-3 bunga sudah mengembang. Alhamdulillah bunganya nggak rontok tapi setelah mekar indah sorenya layu dan tidak gugur.
Kedua pohon ini bunganya berwarna kuning, dan besarnya hampir sama.

Setiap hari kusiram dengan air cucian beras, kadang dengan mol yang diencerkan sangat encer.


Cepat berbuah ya ... nak, buat iri para tetangga :)

8.07.2009

Soto Sokaraja

Beberapa hari yang lalu, aku sempatkan membuat soto sokaraja. Walau sempat diinterupsi dengan sakit gigi yang mendadak kambuh sampai menangis bombay segala. Selain itu aku juga lagi kangen sama negara ngapak, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan. Selain itu memang pernah kepikiran untuk membuat soto yang segar daripada beli soto terus. Kebetulan aku suka beli soto madura yang seger rasanya. Terus selain itu karena aku punya tetangga2 yang baik hati yang suka berbagi masakan sekedarnya jika kebetulan masak berlebih. Nah berikut resepnya...

Bahan:
Ketupat
Soun, rendam air dingin hingga lunak.
1/2 kg Daging ayam bagian dada mentok
Kubis pilih yang kecil aja.... diiris lembut kayak mi
Tauge (beli aja 500 perak) bagusnya yang pendek diseduh air panas sampai layu, tiriskan.
Kerupuk merah
Bawang merah goreng
daun bawang dan daun seledri diiris halus
kecap

Bumbu yang dihaluskan
10 butir bawang merah
6 siung bawang putih
1 ruas kunyit
1 ruas jahe
1 sdt merica bulat
1 sdm ketumbar
4 kemiri
pala secukupnya

Bumbu pelengkap
4 helai daun salam
1 btg serai ambil bagian putihnya, memarkan
2 cm lengkuas
garam dan gula jawa secukupnya

Sambal
1 ons kacang tanah digoreng,
10 buah cabe rawit merah, rebus
1 siung kecil bawang putih, rebus
semuanya diulek

cara membuat
Ayam direbus bersama air satu panci
Bumbu yang dihaluskan, digoreng terlebih dahulu sebelum diulek. baru dimasukkan ke dalam air kaldu yang mendidih. Masukkan bumbu pelengkapnya sekalian. Cicipi tambahkan gula atau garam bila perlu.

Cara penyajian:
Iris ketupat secukupnya, masukkan soun, tauge, kubis, taburi irisan daun bawang dan seledri, taburi bawang merah goreng, siram dengan kuah mendidih (jangan cuma hangat). Remas kerupuk merah diatasnya. Sajikan bersama sambal kacang. bila masih kurang pedas tambahkan sambal rawit sendiri (cabe rebus diulek). Beri kecap bila perlu.

Setelah puas dengan hasil masakanku, giliran para tetangga kanan, kiri, depan rumah turut mencicipinya. Enak... katanya.




7.24.2009

Pare dan Melon lalu....

Aku membibitkan pare dan melon sudah lama. Sekitar sebulan yang lalu. Dari buahnya langsung kusebarkan bijinya di dalam wadah plastik yang sudah kuisi dengan tanah dicampur kompos. Perbandingannya aku tidak tahu, seimbang mungkin. Tapi mungkin karena kuletakkan di tepat teduh, biji-biji itu tidak kunjung berkecambah. Baru setelah kupindah ke tempat yang terkena panas matahari, tiga hari kemudian sudah mengeluarkan kecambahnya. Senangnya hatiku.

Segera kutunjukkan pada tetangga kanan, kiri, depan rumahku tentang keberhasilan pertamaku. Ada yang gembira dan berharap ikut mencicipi hasil panenku kelak, ada pula yang geleng-geleng kepala karena ternyata aku menyukai pekerjaan kotor selain mengolah sampah (menurutnya sampah adalah benda menjijikkan yang harus segera dienyahkan dari rumah).

biji pare yang mulai berkecambah

Setelah bibit itu cukup tinggi dan kuat maka kupindahkan ke pot yang lebih besar. Dengan media tanam campuran antara pakis, tanah gembur dan kompos buatanku sendiri. Aku juga segera menancapkan tiga ranting di dalamnya untuk tempat merambat pohon pare dan melon itu. Maksudku supaya aku tidak merusak akar pohon yang jika sudah tumbuh memanjang (pare kan menjalar) jelas akan memanjang di dalam tanah.

Sekarang yang perlu kurisaukan adalah sebagian halaman depan rumahku tidak terkena sinar maahari langsung sehingga jelas akan mempengaruhi pertumbuhan "kebun" impianku ini.

Tapi selain itu, aku telah menyiapkan beberapa talang yang kuminta dari mertuaku (kebetulan tidak dipakai, beliau tidak tertarik menanam sayuran seperti aku. Obsesinya tanaman hias dan jelas akan bangga sekali jika koleksi tanaman hiasnya ada yang laku mahal di pasaran. Tidak di jual sih!). Talang-talang ini segera kubuatkan sekat dari kayu di ujung-ujungnya. Kubuat lubang di dasarnya. Setelah siap dengan media tanamnya, lalu kusebarkan benih bayam dan seledri). Kaleng bekas cat 5 kiloan pun ku sulap menjadi pot dan kusemai dengan bibit cabai rawit. Kali ini aku lebih memperhatikan benih-benih itu. Kuatur supaya bibit itu terkena matahari pagi.

Setelah kira-kira 3 hari bibit itu mulai mengeluarkan kecambahnya. Kecuali seledri hiks :(

Rencana selanjutnya aku mau menanam sawi, tentunya aku harus mencari talang lagi.



7.06.2009

Setelah Pindah Rumah

Alhamdulillah, sudah tepat satu bulan kami pindah rumah. Rumah ini lebih kecil bahkan jauh lebih kecil dari rumah yang kami kontrak sebelumnya, tapi setidaknya itu rumah kami sendiri, lebih nyaman :). Kayak syair lagu:
Lebih baik disini
Rumah kita sendiri
(terus lupa syairnya dech :)


Sayangnya, impianku untuk bertanam-tanam mesti tertunda, karena sulitnya mencari tanah gembur di sekitar rumah baruku. Kebanyakan tanah di sana sudah bercampur dengan batuan bekas bahan bangunan sehingga sulit untuk diambil apalagi ditanami. Terpaksa aku dan suamiku berburu tanah ke sawah dan TPA terdekat. Aku tidak punya uang lebih untuk membeli tanah kompos yang banyak dijual di pasaran. Sementara sampah dapur yang kukomposkan sepertinya gagal. Karena aku tidak membubuhkan mol dalam pembuatannya. Untuk masalah ini, itu karena aku kesulitan mencari tape - bahan favoritku untuk membuat mol.
Aku tidak tertarik untuk menanam tanaman hias. Aku ingin memenuhi halaman rumahku dengan tanaman yang bisa dinikmati. Karena itu setiap aku belanja ke warung aku lebih suka membeli kangkung akar (supaya akarnya bisa kutanam) :) lalu aku membeli melon emas supaya aku bisa mengambil bijinya. Cabe yang kering juga aku ambil bijinya dan sekarang sudah tumbuh cukup tinggi. Untuk cabe ini, aku tidak sengaja menumbuhkannya. Karena waktu itu aku biasa membuang cabe yang busuk ke komposterku yang sudah mau jadi. Ehh ternyata si cabe ini ditakdirkan untuk hidup. Sekalian saja aku pelihara di pot. Dan tidak itu saja, tomat yang kubuang juga tak mau kalah. Cuma entah kenapa pohon tomatnya kok enggak mau berdiri ya?

Untuk rencana ke depan aku mau menanam pohon pare, saat ini aku sedang mencoba membibitkannya. Hemmh semoga berhasil. :)


4.21.2009

Nikmatnya Mengolah Sampah Menjadi Kompos

Aku pernah lupa tidak mengaduk komposterku hingga lima hari lamanya. dan apa yang terjadi? Waktu aku mendekatinya saja sudah terdengar kesibukkan yang mengerikan dari dalam komposterku. Terbayang sudah para penghuninya yang berjalan jalan di dalamnya. Hiiiy..:(
Okey aku tidak tahu makhluk apa lagi selain belatung (tapi bukan tikus lo ya, pokoknya sejenis belatung tapi berwarna coklat kehitaman dan berbuku-buku). Ketika kutumpahkan di lantai, wuiih baunya seperti TPA pindah ke rumahku, sudah begitu becek lagi sampahnya. Aku ingat sampah itu nampak seperti tanah yang diambil dari comberan, tanah bercampur sampah yang mulai membusuk. Semula aku ingin mengangin-anginkan dulu, tapi karena tidak enak dengan tetangga aku masukkan lagi ke tempatnya. Baunya memang hilang, tapi karena angin sudah kadung membawa bau itu masuk ke dalam rumah, kami serumah sepagian itu terpaksa kleyengan menikmati aroma yang sangat "sedap" itu. Aku juga dag dig dug jangan-jangan tetangga juga ikut memanen bau busuk calon kompos itu :f
Keesokan paginya waktu subuh aku bongkar lagi komposterku lalu cepat kuaduk dengan tanah yang kuambil dari halaman tetangga. Setelah selesai segera pula kukembalikan ke komposter. Masih bau, tapi tidak separah kemarin.
Pada hari ketiga, aku bongkar lagi dan sudah tidak berbau, sampahnya juga sudah mulai menghitam dan suhunya lumayan hangat sehingga aku siram memakai cairan mol.
Sekitar seminggu kemudian aku sudah bisa memanen komposnya. Satu tempat sampah penuh setelah dikomposkan menjadi satu pot kompos. Sampai saat ini belum kuapa-apakan, cuma kalo pas kebetulan berada di rumah aku siram mol. Rencananya setelah pindah rumah nanti baru aku manfaatkan untuk menanam sayuran. Karena itu pula aku bertahan mengomposkan sampah dapurku di keranjang sampah ukuran tanggung. Bila aku beralih memakai tong plastik yang besar itu, aku enggak enak sama orang yang nanti membantu kami pindahan.
Sekarang aku jadi tahu setiap kita mengomposkan sesuatu kita harus sering membalik-baliknya, minimal sehari sekali. Agar sampah yang berada di dasar tidak terlalu becek, juga agar bisa bernafas. Selain itu aku juga membuat lubang di bawah komposterku itu supaya bila ada kelebihan air, air lindinya bisa keluar.

4.20.2009

Menikmati Markisa Pertamaku

Beberapa waktu yang lalu aku pernah posting kalo pohon markisaku mulai berbuah. Tapi sayangnya karena letaknya yang disamping mulut gang persis membuatku mesti kecewa karena kalah cepat dengan orang yang ternyata kepingin menikmati markisaku juga.

Karena penasaran aku terpaksa naik ke tembok untuk mencari markisa barangkali aja ada yang tersisa. Usahaku tak sia sia. Kutemukan satu markisa sebesar kepalan tangan anak remaja. Warna kulitnya telah menguning, kuning muda. Waktu kubelah tercium bau markisa yang masam segar. Isinya berupa biji-biji kecil berwarna kehitaman yang diselimuti dagingnya yang bening kekuningan. Hemmmh..
Langsung kukerok isinya, kumasukkan dalam gelas dan kuberi gula pasir beserta air putih. Kuaduk hingga gula larut. Karena cuma satu buah, minuman markisa itu dinikmati ramai-ramai bersama suamiku dan Sekar. Segar, apalagi siang-siang dengan cuaca yang cukup panas.
Aku menyisakan sedikit bijinya untuk kutanam di rumahku yang di Potrobangsan.


4.05.2009

Masak Pake Anglo dan Arang

Di Magelang dan daerah disekitarnya memasak menggunakan anglo bukanlah hal yang asing. Bahkan ketika minyak tanah mulai sulit dicari, banyak orang yang beralih ke anglo yang bahan bakarnya arang.


Keistimewaan arang ini selain murah (1 kilo sekitar 2800 rupiah, sekali masak nasi, rebus air, masak sayur dan lauk cuma butuh 1 kilo arang yang bagus), juga panasnya bisa melebihi kompor minyak dan tidak mengotori pantat panci. Selain itu kita juga bisa memanggang misal trasi, pepes ikan, ubi de el el di kolong anglo. Jadi sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Beda dengan kompor minyak, bila pemiliknya malas membersihkan secara rutin biasanya mengeluarkan asap yang mengotori panci. Selain itu senangnya memasak menggunakan anglo bisa kita tinggal tanpa takut bakal meledak dan terjadi kebakaran. Ya iyalaaah :D Bukannya meledak arangnya malah habis menjadi abu karena tidak kita tambah arang lagi. Biasanya aku menggunakan anglo untuk memasak burjo dan kembang tahu untuk dijual, atau pas kehabisan gas. Aku juga sering membuat nasi tim kalau sedang tidur di Kauman. Setelah meletakkan panci diatas anglo aku tinggal jalan-jalan ke Taman Kyai Langgeng. Pulang-pulang nasi sudah mateng dan bila masih tertinggal air panas di dasar panci, airnya kupake buat mandiin anakku. Sayurnya beli mateng :D. Gampang kan?

Ada kejadian lucu seputar anglo. Kebetulan tempat tinggalku di Kauman bersebelahan dengan Masjid Agung. Suatu pagi buta aku sedang memasak burjo di samping rumah, datang rombongan bis dari Kebumen. Saat penumpangnya turun dan hendak masuk ke masjid mereka melihatku memasak memakai anglo. Setelah mereka selesai sholat beberapa ibu-ibu mendekatiku sambil berbisik-bisik, aku diamkan tingakah mereka hingga salah seorang dari mereka akhirnya bertanya dengan logat ngapaknya yang kental " Nopo niku saget kangge masak (apa itu bisa buat masak)?"
"nggeh saget (Iya bisa)." jawabku simpel. Kemudian mereka makin mendekat sambil memperhatikan arang yang nampak merah membara dalam anglo sementara panci mengeluarkan uap dengan aroma bubur kacang hijau. "Panas temenan kiyeh (panas beneran nih)" ujar mereka dengan lugunya.
"Nggeh panas, la menawi mboten nggeh mboten saget kangge masak. (ya panas, kalo ngaak panas nggak bisa buat masak)" kataku kemudian. Mereka manggut-manggut sambil tak lama kemudian pamit pergi. Memang di daerah-daerah orang ngapak macam Kebumen, Banyumas, Cilacap penggunaan anglo sangat jarang. Sehingga wajar kalau mereka demikian takjub dengan benda bernama anglo. Aku sendiri lahir dan dibesarkan di Cilacap dan menjumpai anglo setelah menikah dan menetap di Magelang.