4.05.2009

Masak Pake Anglo dan Arang

Di Magelang dan daerah disekitarnya memasak menggunakan anglo bukanlah hal yang asing. Bahkan ketika minyak tanah mulai sulit dicari, banyak orang yang beralih ke anglo yang bahan bakarnya arang.


Keistimewaan arang ini selain murah (1 kilo sekitar 2800 rupiah, sekali masak nasi, rebus air, masak sayur dan lauk cuma butuh 1 kilo arang yang bagus), juga panasnya bisa melebihi kompor minyak dan tidak mengotori pantat panci. Selain itu kita juga bisa memanggang misal trasi, pepes ikan, ubi de el el di kolong anglo. Jadi sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Beda dengan kompor minyak, bila pemiliknya malas membersihkan secara rutin biasanya mengeluarkan asap yang mengotori panci. Selain itu senangnya memasak menggunakan anglo bisa kita tinggal tanpa takut bakal meledak dan terjadi kebakaran. Ya iyalaaah :D Bukannya meledak arangnya malah habis menjadi abu karena tidak kita tambah arang lagi. Biasanya aku menggunakan anglo untuk memasak burjo dan kembang tahu untuk dijual, atau pas kehabisan gas. Aku juga sering membuat nasi tim kalau sedang tidur di Kauman. Setelah meletakkan panci diatas anglo aku tinggal jalan-jalan ke Taman Kyai Langgeng. Pulang-pulang nasi sudah mateng dan bila masih tertinggal air panas di dasar panci, airnya kupake buat mandiin anakku. Sayurnya beli mateng :D. Gampang kan?

Ada kejadian lucu seputar anglo. Kebetulan tempat tinggalku di Kauman bersebelahan dengan Masjid Agung. Suatu pagi buta aku sedang memasak burjo di samping rumah, datang rombongan bis dari Kebumen. Saat penumpangnya turun dan hendak masuk ke masjid mereka melihatku memasak memakai anglo. Setelah mereka selesai sholat beberapa ibu-ibu mendekatiku sambil berbisik-bisik, aku diamkan tingakah mereka hingga salah seorang dari mereka akhirnya bertanya dengan logat ngapaknya yang kental " Nopo niku saget kangge masak (apa itu bisa buat masak)?"
"nggeh saget (Iya bisa)." jawabku simpel. Kemudian mereka makin mendekat sambil memperhatikan arang yang nampak merah membara dalam anglo sementara panci mengeluarkan uap dengan aroma bubur kacang hijau. "Panas temenan kiyeh (panas beneran nih)" ujar mereka dengan lugunya.
"Nggeh panas, la menawi mboten nggeh mboten saget kangge masak. (ya panas, kalo ngaak panas nggak bisa buat masak)" kataku kemudian. Mereka manggut-manggut sambil tak lama kemudian pamit pergi. Memang di daerah-daerah orang ngapak macam Kebumen, Banyumas, Cilacap penggunaan anglo sangat jarang. Sehingga wajar kalau mereka demikian takjub dengan benda bernama anglo. Aku sendiri lahir dan dibesarkan di Cilacap dan menjumpai anglo setelah menikah dan menetap di Magelang.

2 komentar:

  1. masak pake anglo atau kayu bakar memang lebih enak, tapi repot buangets.......
    sempet po mbaa? gawe genii
    dari anisss

    BalasHapus
  2. gampang ko nis, tinggal ndokoke areng neng anglo, kei kertas disiram minyak trus diobong. menko nek wis ono arenge sing abang geni tinggal dikipasi karo kipas angin. gampang. Ra sah kemayu lah. u aja neng gombong sok daden geni karo suluh to!

    BalasHapus