3.21.2009

Aku dan Tragedi Komposter

Waktu baru pindah kontrakan aku pernah mencoba membuat kompos dari limbah dapur. Aku juga sempat membuat mol yang resepnya kuambil dari blognya Pak Sob. Tapi sayang waktu itu molnya kutaruh ditoples dan kututup rapat, padahal anjurannya molnya harus dibuka biar bisa bernafas. Aku juga membuat kesalahan lain dengan menjadikan ember ukuran biasa dengan penutup sebagai komposternya. Waktu itu aku masih belum mudeng dengan istilah aerob dan anaerob. Kesalahannya terletak pada aku tidak membuat lubang-lubang di ember tersebut. Sehingga bisa dibayangkan baunya seperti apa. Selain itu aku juga tidak memotong- kecil-kecil setiap calon anggota komposterku. Jadi batang2 kangkung, bayam, kulit mangga (pas musim mangga), daun pisang pembungkus tempe dll masih berujud panjang dan lebar itu terus kusiram dengan molku dan kututup. Aku sempat mengaduk-aduknya tapi agak sulit dengan aromanya yang mulai berubah seperti itu dan karena wujud sayurannya yang masih utuh agak sukar mengaduknya. Sehingga aku lama-lama enggan. Setelah dirasa penuh aku tidak pernah membukanya lagi.

Hasilnya sungguh mengerikan aku bahkan sempat tidak berani membukanya selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Aku takut. Aku takut diomeli suamiku yang aslinya penyabar itu. Hingga suatu hari saat aku bersih-bersih rumah aku temui makhluk asing di lantai rumahku bahkan sampai ruang tanu dan masuk kebawah karpet. Hiiiy. Bentuknya panjang pipih berbuku-buku, berwarna coklat kehitaman, panjangnya sekit
ar dua senti. Aku tak mau menyentuhnya, jijik sampai merinding waktu melihatnya. Kini, saat aku menuliskannya pun masih merinding (kayak cerita misteri aja). :o

Panik, aku segera bersihkan makhluk itu keluar dari rumahku. Lalu segera kubawa ember celaka itu ke lantai atas. Kubiarkan dipojok ruangan sambil berharap hujan segera datang. Alhamdulillah tak lama hujan turun deras. Aku buang air lindi yang baunya bikin puyeng itu sampae tuntas. Untuk sementara aku lega. Kembali kututup komposter sialan itu. dan kubiarkan lagi hingga sebulan. Tapi hatiku tidak tenang karena beberapa bulan lagi aku akan pindah dari rumah kontrakan itu. Aku tidak mau membawa komposter malang itu ke tempat baruku kelak. Tapi aku juga tidak mau meninggalkannya. Akhirnya kukeluarkan isi komposter dengan perasaan resah kalo2 baunya mengganggu tetangga terutama si empunya rumah. :x Kuletakkan sampah itu di teras atas dan berhari-hari kubiarkan terkena hujan dan panas. Aku tidak mau memikirkan petunjuk pak Sob, mbak christine de el el :(

Daan baru kemarin aku terpikir untuk meneruskan sampah malang itu menjadi kompos. Kuambil semuanya yang sudah kering terkena panas. Sampah itu tidak hanyut terbawa hujan karena masih berada di dalam tas kresek. Jadi bagian atas sudah sangat kering sementara di bagian bawah masih basah tapi sudah tidak jijay lagi.

Setelah kering tidak lagi menjadi monster :$
Kusiram mol sampai sebotol lebih tapi ternyata tidak membuatnya basah juga. Lalu kuaduk-aduk dan kucampurkan dengan komposku yang Insya Allah sudah kuolah dengan benar. Dan kini aku mempunyai 2 keranjang sampah penuh yang kuubah jadi komposter. Di dapurku aku tidak lagi menaruh keranjang sampah (karena kupake). Aku hanya menaruh tas kresek ukuran tanggung yang sudah jelek untuk menaruh sampah kering. Aku juga memberitahu suamiku tentang itu. Biar dia gak membuang sisa makanannya di kresek.

Calon kompos yang masih segar


Dicampurkan saja, mudah2an jadi :y

Sementara ember yang sempat jadi komposter petaka itu kukembalikan lagi fungsinya sebagai tempat mencuci pakaian. Satu kenangan yang rupanya tak mau dan boleh dilupakan olehnya (si ember) dan olehku. Ember itu tetap bau sampah busuk dan kepep (panas sumpek karena tertutup) walau telah kupake mencuci berkali-kali. :f


1 komentar:

  1. Pengalaman menarik Bu ...

    Saya juga lagi coba-coba ... :),

    https://www.facebook.com/media/set/?set=a.10151136202524683.468652.197172399682&type=3

    BalasHapus